Catatan Pemikiran dan Refleksi

Friday, January 01, 2010

Posted by dg situru' | Friday, January 01, 2010 | No comments
Sejak diproklamirkan oleh Adam Smith tahun 1776 lewat bukunya – An Inquiry Into the Nature and Causes of The Wealth of Nation – yang sangat terkenal itu. Teori pasar bebas menjadi sangat ramai, kontroversial dan mengundang perdebatan intelektual yang sengit. Sakin ramainya, buku setebal 900 halaman itu habis terjual dalam jangka waktu 6 bulan.

Buku tersebut merupakan magnum opus Smith yang menguraikan hukum-hukum sebab akibat demi menjelaskan bagaimana cara mencapai kesejahteraan. Lewat buku inilah berbagai gagasan disampaikan oleh Smith, diantaranya adalah gagasan tentang kekayaan (wealth), pembagian kerja (division of labour), khuluk manusia (nature of men), mekanisme pasar (market mechanism) dan paham liberalism (liberalism) itu sendiri.

Sebenarnya tidak ada yang terlalu genuine dari pemikiran Smith. Sebab diskursus-diskursus yang ia bangun sudah ada jauh sebelumnya, yaitu pada masa klasik. Itulah alasan Karl Marx, musuh nomor wahid Smith ketika ia mengejek Adam Smith sebagai pemikir ekonomi klasik. Karena Smith banyak mengakuisisi pemikiran-pemikiran dimasa itu. Lalu apa kekuatan dari Smith? Kekuatannya yang penting dan menandai lahirnya suatu konstruksi baru pemikiran dan praksis ekonomi ialah, Smith mampu menciptakan suatu sistem ekonomi. Itulah yang kemudian hari dikenal dengan mazhab ekonomi pasar dan menempatkan namanya dalam deratan pemikir besar ekonomi dunia.

Mazhab Ekonomi Pasar
Kalau ditelusuri geneologi pemikiran Adam Smith, akan ditemukan bahwa lahirnya gagasan pasar bebas atau ekonomi pasar itu berakar dari perjumpaan Smith dengan merkantilisme. Merkantilisme sendiri berasal dari akar kata merchant yang maknanya “pedagang”. Sehingga dalam pandangan kaum merkantilisme, setiap negara yang berkeinginan untuk maju harus melakukan pedagangan dengan negara lain. Merkantilis percaya bahwa ekonomi dunia stagnan dan kekayaan tetap, sehingga suatu bangsa hanya bisa berkembang dengan mengorbankan negara lain. Konsekuensinya kaum merkantilis menciptakan menopoli yang diciptakan oleh negara dan mendukung kebijakan kolonialisme.

Para perintis merkantilisme meyakini pentingnya kekuatan negara dan penaklukan negara lain sebagai point utama dari kebijakan ekonomi. Jika sebuah negara tidak mempunyai supply dari bahan mentahnnya maka mereka harus mendapatkan koloni untuk mensuplai bahan mentah yang dibutuhkan. Koloni berperan bukan hanya sebagai penyedia bahan mentah tapi juga sebagai pasar bagi barang jadi. Agar tidak terjadi suatu kompetisi maka koloni harus dicegah untuk melaksanakan produksi dan berdagang dengan pihak asing lainnya.

Pemikiran seperti inilah yang tidak disetujui oleh Smith. Bukan hanya tidak setuju, tetapi ia mengangkat perang dengan pandangan seperti kaum merkantilisme itu. Bagi ekonom berkembangsaan Skotlandia ini, pandangan merkantilisme hanya akan menghasilkan kemakmuran dan keuntungan bagi produsen dan pemegang monopoli saja. Karena itu menurut bapak kapitalisme modern ini semua hal yang menyebabkan adanya hambatan dalam perdagangan bagi dua negara akan mengurangi kemampuan kedua negara untuk berproduksi dan karena itu hambatan itu harus diberangus. Itulah pandangan pokok tentang zero tarif dan pajak yang diperjuangkan oleh negara-negara industri bagi produknya di seluruh negara yang merupakan serpihan pikiran Smith yang dijadikan kebijakan oleh International Monetary Fund (IMF) dan diratifikasi oleh negara-negara anggota IMF.

Bagi Adam Smith pemerintah atau negara tidak boleh campur tangan dalam perekonomian. Ini misalnya dapat dipotret dari pernyataan Smith “biarkan sajalah perekonomian berjalan dengan wajar tanpa campur tangan pemerintah, nanti akan ada suatu tangan tak kentara (invisible hands) yang akan membawa perekonomian pada keadaan seimbang (equilibrium)”. Dari pernyataan tersebut jelas, campur tangan pemerintah dalam perekonomian bagi Smith hanya akan melahirkan distorsi dan membuat pasar tidak efisien.

Pemikiran tentang kebebasan inilah yang menjadi inti dari mazhab ekonomi pasar. Sekaligus menandai suatu revolusi dalam sistem perekonomian modern yang dibangun dari nilai-nilai (1) kebebasan (freedom), (2) kepentingan diri (self-interest) dan (3) persaingan (competition).

Sistem ekonomi pasar yang diajarkan oleh Smith kini telah menjadi model mayoritas negara-negara maju seperti Eropa, Amerika Serikat, Japan, China, Korea Selatan, Taiwan, India, dan Singapora. Ajaran tentang produksi dan pertumbuhan dari Smith begitu nampak dalam perekonomian China saat ini. Kasus China adalah bukti penting bagaimana terjadi perubahan yang cukup dahsyat dalam ideologi ekonomi China yang mengantarkannya menjadi kekuatan lain pasca USA dan Japan. Bahkan banyak analisis memberikan proyeksinya jika tingkat pertumbuhan 9% konsisten, maka dalam 20 tahun kedepan China akan menyamai atau bahkan melebihi perekonomian USA.

Perkembangan yang ditunjukkan oleh negara dengan anutan ekonomi pasar memang sangat menggiurkan. Karena semua negara ingin menyejahterakan masyarakatnya. Sehingga negara-negara miskin dan dunia ketiga lainnya berusaha mengadopsi model ekonomi dengan free market ideology itu dengan tujuan untuk mendorong pertumbuhan. Bahkan pada tingkat tertentu mereka memanggil konsultan-konsultan asing guna mendesain model ekonomi negaranya. Sebenarnya tidak salah, tetapi apa memang ia model seperti itu manjadi satu-satunya pendekatan dalam mendorong perekonomian negara.

Runtuhnya Mitos Pasar Bebas
Dalam banyak kasus, pertumbuhan negara-negara yang saat ini memiliki perekonomian baik tidak selamanya mulus. Banyak sekali terjadi ketimpangan dan ketidakadilan yang menyertai pertumbuhan ekonomi. Dalam hubungannya dengan pasar bebas, kasus China tidaklah murni dengan pasar bebas, sebab di China tetap ada intervensi pemerintah dalam melakukan regulasi terhadap pelaku-pelaku ekonomi China. Ini bisa dilihat dari adanya cluster industry. Jadi ada kawasan-kawasan khusus yang dijadikan sebagai pusat-pusat pertumbuhan, transaksi ekonomi dan perdagangan. Bahkan pada tingkat tertentu pemerintah China mengenakan pajak yang tinggi kepada warga negaranya yang melakukan pembelian di kawasan-kawasan khusus itu.

Dalam kasus terakhir, yaitu resesi ekonomi global yang melanda pasar keuangan dunia. Lagi-lagi membuktikan bahwa tidak ada pasar yang benar-benar terjadi persaingan sempurna didalamnya. Runtuhnya pasar sub prima memiliki riak yang cukup besar terhadap perbankkan dan keuangan secara global sekaligus mengakhiri pertumbuhan ekonomi selama satu dekade terakhir. Sehingga dengan sangat malu pemerintah USA harus menggelontorkan 700 millir dollar Amerika untuk mencegah berlanjutnya krisis keuangan yang akan meruntuhkan fundamen-fundamen ekonomi negara adidaya itu. Kenapa USA sang penganjur ekonomi pasar itu kini tidak membiarkan perekonomiannya, sebab dalam keyakinan penganut mazhab ekonomi pasar akan ada tangan tak kentara yang membuatnya seimbang? Kenapa tidak menunggu sampai terjadi equilibrium?

Krisis finansial yang melanda dunia tahun ini bukanlah satu-satu bukti bahwa pasar bebas bukanlah yang terbaik sekaligus meruntuhkan mitos bahwa sistem ekonomi pasar merupakan pencipta kesejahteraan. Model ekonomi seperti itu hanya akan melahirkan rimba ekonomi, siapa yang kuat dialah yang akan menang. Ada sederatan kasus lain yang terjadi sejak tahun 1907, 1932, 1945 – 1948 (masa perang dunia kedua), 1974 dan 1998 adalah periode-periode yang sangat sulit dan sekaligus refleksi kegagalan model ekonomi ini, walau pun secara relatif memperlihatkan pertumbuhan.

Model pasar bebas memang telah melahirkan segelintir orang terkaya di dunia dan sekaligus menciptakan lubang yang menganga lebar antara yang kaya dan miskin. Dan ini merupakan kegagalan pasar bebas menciptakan kesejahteraan bagi banyak umat manusia di muka bumi ini. Survey membuktikan bahwa system ekonomi pasar telah menyebabkan pandemi kemiskinan yang menakutkan dan mematikan bagi umat manusia. Mereka mengalami kelaparan, kekurangan gizi dan pangan akibat kemiskinan yang merenggut. Word Institute for Development Economic Research menyimpulkan bahwa 1% dari orang-orang terkaya di dunia memiliki 40% kekayaan, dan hanya 10 % dari populasi dunia yang memiliki 85% total aset dunia.

Akhirnya pasar bebas hanyalah mitos dan karena itu ia telah gagal menciptakan kesejahteraan ekonomi yang lebih adil bagi kemanusiaan. Sebab aspek-aspek ethic dan prinsip-prinsip keadilan yang mestinya menjadi spirit ekonomi diabaikan. Wallahu A’lam.

0 komentar:

Post a Comment

Bookmark Us

Delicious Digg Facebook Favorites More Stumbleupon Twitter