Skip to main content

Pendidikan Bukan Angka 8 dan 9, Tapi Kejujuran

Luar biasa …………………………… itulah mungkin ungkapan yang pantas menggambarkan apresiasiku atas film “Laskar Pelangi”. Sebuah film yang cukup fantastis. Film yang cukup bermutu bagi anak-anak dan orang tua. Cukup inspiratif dan mengajarkan banyak hal, terutama kepada anak-anak muda. Aku baru nonton, karena harus ngantri lama, kemarin dapat tiket, karena ada lebih memerlukan ya ga apa-apalah.

Karya Riri Riza ini cukup baik momotret bagaimana kondisi kemiskinan di pabrik-pabrik timah di Belitong. Strata sosial yang begitu menganga. Barangkali inilah potret yang terjadi pada Freeport di Papua, Chevron di Riau, Aceh dan di pabrik-pabrik lainnya di seluruh pelosok negeri. Anak-anak negeri tidak mampu mereguk kekayaan alamnya.


Mereka terstrata menjadi susunan-susunan sosial yang susah dipahami oleh akal manusia. Seorang anak tidak boleh bergaul sesama anak manusia lainnya, hanya karena ia bukan bagian dari pabrik Timah itu. Sangat menjijikkan.

Dalam soal pendidikan, film ini begitu menohok kritiknya. “Muslimah, pendidikan itu bukan soal material semata, tapi ahlak dan inilah satu-satunya sekolah Islam di Belitong yang mengajarkan kejujuran dan moral” ujar Pak Harfan, sang kepala sekolah SD Muhammadiyah Gantong. Jadi sangat jelas, pendidikan itu bukan soal angka 8 dan 9, tapi nilai kejujuran. Ini kritik yang kaya dengan makna. Sebuah perlawanan terhadap Ujian Nasional yang dianjurkan oleh Departemen Pendidikan Nasional, yang katanya Mentrinya orang Muhammadiyah, tapi tidak memahami falsafah dan makna pendidikan Muhammadiyah.

Laskar pelangi telah mengajarkan kepada kita semua. Betapa kecerdasan itu tidak tunggal. Mahar boleh memiliki suara dan intuisi seni yang baik, harun, trapani, ikal dan lintang yang memiliki kecerdasan matematis. Itulah makna terpenting manusia dengan sejuta potensi yang melekat padanya. Tetapi dengan enaknya saja Depdiknas telah membuat penyeragaman kecerdasan lewat ujian nasional. Sungguh ironis. Aku tak mengerti bagaimana mereka mengurus pendidikan.

Di wajah anak-anak miskin itu, juga ada cinta. Ada romantisme, mistik yang merupakan bagian dari hidup dan sekaligus kelemahan manusia. Banyak pelajaran penting yang bisa di maknai dari proses itu. Walau pun film dan novelnya bukanlah sebuah sastra murni yang mengandalkan imajinasi. Tetapi ini menceritakan suatu fenomena kemanusian, suatu yang rill dan benar-benar terjadi di pelosok negeri ini. Mungkin ini hanyalah sedikit dari banyak kasus-kasus serupa.

Banyak lintang-lintang yang lain di sudut-sudut negeri, di ujung pulau di batas-batas cakrawala. Tugas kemanusiaan kita adalah bagaimana memberi ruang dan apresiasi yang sebaik-baiknya bagi mereka. Selamat menonton, dan tangkaplah maknanya.

Comments

  1. Betul Mas, aku setuju. Pendidikan jangan berorientasi kepada nilai, tapi berorientasilah pada pemahaman materi. Bila materi terkuasai/terpahami, maka nilai akan mengikuti. Betul Mas, kecerdasan tidak hanya matematis, banyak kecerdasan-kecerdasan lain yang tidak dapat diukur dengan angka.

    asis-edutainment.blogspot.com

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Pemamfaatan GIS dalam Dakwah Muhammadiyah

Dalam sebuah forum pengajian Ramadhan tahun 2010 yang diselenggarakan oleh PP Muhammadiyah terlontar kegundahan banyak peserta. Apa pasalnya? Setiap periode, Muhammadiyah memprogramkan penyusunan peta dakwah, tapi tidak pernah bisa direalisasikan. Masalahnya bukan tidak bisa nyusun? Apalagi tidak punya sumberdaya. Problem utama saya kira ketidak jelasan fungsi manajemen dalam struktur PP Muhammadiyah yaitu, siapa yang bertugas dalam penyusunan peta dakwah itu. Di abad ini, dimana perkembangan teknologi yang sangat maju maka, mengandalkan peta dakwah konvensional sudah saatnya ditinggalkan. Salah satu teknologi pemetaan yang sangat efisien ialah bagaimana pemamfaatan sistem informasi geografis (SIG/GIS) dalam menyusun peta dakwah Muhammadiyah. Apa itu GIS dan kenapa Muhammadiyah harus memakai teknologi ini? GIS ialah sistem infomasi berbasis komputer yang menggabungkan antara unsur peta (geografis) dan yang dirancang untuk mendapatkan, mengolah, memanipulasi, informasinya tentang p...

Perubahan Sosial dan Dinamika Gerakan Mahasiswa

Pengantar Dalam sejarah perjalanan bangsa pasca kemerdekaan Indonesia, mahasiswa merupakan salah satu kekuatan pelopor di setiap perubahan. Tumbangnya Orde Lama tahun 1966, Peristiwa Lima Belas Januari (MALARI) tahun 1974, dan terakhir pada runtuhnya Orde baru tahun 1998 adalah tonggak sejarah gerakan mahasiswa di Indonesia. Sepanjang itu pula mahasiswa telah berhasil mengambil peran yang signifikan dengan terus menggelorakan energi “perlawanan” dan bersikap kritis membela kebenaran dan keadilan. Keberadaan gerakan mahasiswa dalam konstelasi sosial politik di negeri ini tak bisa dipandang sebelah mata. Diakui atau tidak, keberadaan mereka menjadi salah satu kekuatan ekstraparlemen yang selalu dipertimbangkan oleh berbagai kelompok kepentingan (interest group) terutama pengambil kebijakan, yakni negara. Gerakan mahasiswa baik sebelum ataupun pasca tahun 1998 bagi saya tidak bisa dipisahkan dari ruang dan waktu dimana entitas mahasiswa itu hadir. Karena itu gerakan mahasiswa selalu ...

Strategi Pendampingan Kader IPM

Salah satu konsepsi penting yang dilahirkan dari Semiloka Kader tahun 2002 di Makassar ialah pendampingan. Konsep pendampingan dalam konstruksi semiloka kader Makassar merupakan satu bangunan dengan fasilitator. Dalam sistem perkaderan IPM disebut dengan pelatihan fasilitator dan pendampingan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia fasilitator diartikan sebagai orang yang menyediakan fasilitas. Dalam konteks pelatihan maka, fasilitator berfungsi melancarkan proses belajar, menyediakan informasi baru, dan memperkaya pengalaman peserta. Sementara pendampingan berarti menemani atau menyertai peserta dampingan dari dekat. Dalam konteks pemberdayaan pendampingan berarti pola dukungan. Bentuknya seperti dukungan personil, tenaga pendamping, relawan atau pihak lain yang memberikan penerangan, dukungan teknis, dan penyadaran. Sejak dirumuskan di Makassar tahun 2002 yang lalu, konsepsi pendampingan tidak pernah lagi dibicarakan. Padahal, konsepsi tersebut masih bersifat umum. Sehingga tidak bi...