Catatan Pemikiran dan Refleksi

Monday, January 04, 2010

Posted by dg situru' | Monday, January 04, 2010 | 1 comment

Sayup-sayup lagu-lagu Iwan Fals terdengar dari PC yang pagi ini saya setel. Saya memang penikmat lagu-lagunya yang kritis, sarat makna itu. Ditemani minuman STMJ yang kubeli kemarin di Kopma UGM. Saya kembali menyuri lorong-lorong maya. Kubaca tribun timur dan fajar. Sebagai anak rantau, tentu saya terus mengikuti perkembangan di kampung. Dan kedua portal online itulah yang bisa menyuguhkan informasi teranyar dari kampung.

Saya berselancar di portal tribun timur, disamping membaca opini. Juga membaca headline portal itu. Tidak ketinggalan juga menengok pojok PSM. Tim kebanggaan saya. Meski pun orang banyak yang skeptis, apalagi prestasi pasukang raman akhir-akhir ini memang mengalami masalah. Ya, harus dimaknai positif saja, tidak semua tim memiliki prestasi yg linear. Yang penting etos kareso (bekerja keras) senantiasa menancap.


Disalah satu rubrik tribun, saya membaca judul "Merpati Buka Rute Selayar dan Toraja". Saya perhatikan baik-baik berita itu, saya baca pelan-pelan. Memori saya terbang ke suatu masa, ketika itu era 89 atau 90-an. Begitu terisolasinya Kabupaten ini pada tahun-tahun 80-an. Sebelum dermaga penyeberangan di bangun tahun 1984 di pamatata, akses ke Makassar hanya bisa ditempuh lewat laut. Kapal layar atau mesin.

Selama berpuluh-puluh tahun Selayar dalam keterisolasian. Tahun 1995 menjadi awal bagi terjadinya perubahan yang relatif baik. DPRD Kab. Selayar memilih Drs. H.M. Akib Patta sebagai Bupati bagi kabupaten kepulauan itu. Mantan Ketua HMI Cab. Makassar yang memiliki visi dan keberanian menggebrak pola pikir orang Selayar. Pikirannya sederhana kala itu, tidak mungkin kita berubah kalau kita terisolasi, tidak ada infrastruktur. Tidak mungkin masyarakat bisa menikmati hasil budidaya pertaniannya kalau transportasi ke wilayah-wilayah perkebunan dan pertanian tidak dibuka.

Atas pikiran itulah, ia memulai proyek-proyek ambisiusnya. Ia berjalan keliling kampung, masuk hutan guna melihat secara langsung kemungkinan proyek tersebut. Ia memulai dengan proyek jalan lingkar di Selayar bagian timur. Sesuatu yang kala itu hampir tidak terpikirkan oleh orang. Tapi ia yakin bahwa ini bisa dilakukan. Kini masyarakat menikmati jalan itu, tidak lagi memikul hasil panen dengan jarak tempuh puluhan kilometer.

Setelah jalan, ia pun merencanakan pembukaan pelabuhan di pantai timur, perbaikan pelabuhan penyeberangan di Pamatata, perbaikan pelabuhan Benteng dan pembangunan Bandara perintis di Padang. Kota kemudian ia tata, ia panggil ahli geodasi untuk membuat master plan Benteng.

Alhamdulillah kini semua usaha itu sudah pelan tapi pasti dinikmati banyak orang. Terlepas kemudian beliau tidak happy ending dalam kepemimpinannya. Itu tidak terlepas dari situasi politik dan pengkhianatan orang-orang yang selama ini ia anggap mitra. Terlepas dari kekurangan beliau, kita harus angkat topi dan apresiasi kepada beliau.

Kembali ke soal Bandara, insya Allah atas inisiatif pak Akib Patta, supervisi pemerintah pusat dan di fasilitasi oleh seorang anggota DPR RI dari dapil I (Ir. Abdul Hadi Djamal, MM) yang kini dikomisi V bandara tersebut terus dibenahi. Saya menyebut namanya karena ia memiliki peran yang signifikan bagi pembangunan infrastruktur, khususnya di Selawesi Selatan.

Saat ini bandara yang awalnya perintis sudah ditingkatkan statusnya menjadi bandara yang bisa didarati oleh pesawat besar. Merpati salah satu diantaranya, rutenya pun mulai tahun ini dikembangkan yang selama ini hanya melayani Selayar - Makassar. Kini sudah mengcover Bali - Selayar - Makassar, kemudian Lombok - Selayar - Makassar. Terima kasih untuk mereka yang telah berjasa dan memiliki prakarsa.

1 comment:

  1. Selanyar..baru dengar,diharapkan pemerintah daerah lebih konsen membangun infrastruktur di daerah terpencil guna meningkatkan potensi daerah terutama pariwisata

    ReplyDelete

Bookmark Us

Delicious Digg Facebook Favorites More Stumbleupon Twitter