Skip to main content

New Institutional Economics (NIE)

Suasana agak mendung sore itu. Tapi saya harus ikut diskusi. Memang secara rutin saya terlibat diskusi di Pusat Studi Pedesaan dan Kawasan (PSPK) UGM. Sore itu temanya sekitar penguatan ekonomi pedesaan. Lincolin Arsyad, PhD - mantan Dekan FEB UGM - sebagai narasumber.

Sore itu Pak Colin - sapaan akrabnya - menyampaikan sebuah paper dengan topik "Upaya membangun Ketahanan Ekonomi Pedesaan melalui pengembangan lembaga keuangan mikro" saya pikir topik yang menarik. Satu sisi dari proses pengembangan ekonomi desa memang adalah aspek keuangan. Atau mikro finance.


Kalau tidak salah, topik yang disampaikan pak Colin merupakan bagian dari disertasi beliau di Flinders University Australia dengan judul asli "An assessment of performance and sustainability of microfinance institutions: a case study of village credit institutions in Gianyar, Bali, Indonesia".

Suatu hal yang menarik buat saya adalah bagaimana mencoba mengintegrasikan aspek-aspek kelembagaan dalam sebuah aktivitas ekonomi. Mencoba membangun relasi antara modal sosial (adat istiadat dan sistem nilai positif) dengan ekonomi disisi yang lain. Inilah kelahiran mazhab baru dalam aliran ilmu ekonomi. Apa itu? New Institutional Economics (NIE) yaitu suatu paradigma ekonomi yang mencoba mengafirmasi adanya pengaruh-pengaruh faktor non ekonomi seperti modal sosial, budaya dan sistem nilai terhadap pembangunan ekonomi. Aliran ini memodifikasi dan memperluas alat analisis dari mazhab neoklasik dan menggunakan alat analisis yang lebih luas untuk menjelaskan fenomena ekonomi yang amat susah dijelaskan oleh neoklasik.

NIE mencoba untuk menawarkan ilmu ekonomi lengkap dengan institusinya. Mazhab ini dipelopori oleh Oliver Williamson dan Douglass C. North.

Di Indonesia saya kira belum banyak berkembang di lembaga-lembaga kampus. Terutama di fakultas ekonomi, baik kampus besar maupun kecil, apalagi swasta. Paling tidak terdapat beberapa sarjana yang concern terhadap ekonomi kelembagaan dan itu bisa dihitung jari. Selain pak Colin, juga ada pak Ahmad Erani Yustika, dosen Unibraw jebolan Jerman.

Saya kira paradigma baru ekonomi kelembagaan ini menarik sebagai satu farian dalam taksonomi ilmu ekonomi. Saya berharap bahwa banyak anak-anak muda yang menaruh minat pada fokus kajian ini. Saya kira perkembangan ilmu ekonomi kita pasca 70-an memang agak mandek. Saya kira tidak banyak yang berani mengusung gagasan-gagasan baru pasca eranya Mubyarto dengan ekonomi pancasilanya. Terlepas kontroversinya, saya kita harus angkat topi dengan sikap konsistensi dan sikap keilmuan yang dibangun almarhum pak Muby.

Saya termasuk yang senang dengan pikiran-pikiran pengembangan ekonomi pedesaannya. Itulah sebabnya setiap ada kegiatan di PSPK tidak pernah aku lewatkan. Sebagai negara dengan basis ekonomi di pertanian dan maritim, saya kira harus dibongkar ulang paradigma ekonomi nasional.

Sudah bukan lagi saatnya untuk berfikir pada industri berat dengan cost tinggi, impor lagi. Ekonomi nasional harus dibangun dengan endegenous development strategy. Berbasis sumberdaya sehingga lebih membumi dan menyejahterakan rakyat. Bukankah tujuan aktifitas ekonomi adalah untuk mencapai kesejahteraan. Pilarnya adalah mendorong ekonomi pedesaan. Sebab setuju atau tidak, disinilah ruh ekonomi nasional tertanam. Jika ekonomi desa kuat, pada gilirannya akan menjadi penyangga ekonomi nasional.

Comments

  1. terima kasih atas ulasan yang menarik dan sharing mengenai NIEnya
    saya juga pernah diajar Pak Colin sewaktu di MEP UGM

    ReplyDelete
  2. Thanks mas/kang sudah mampir di blog saya. sukses selalu

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Pemamfaatan GIS dalam Dakwah Muhammadiyah

Dalam sebuah forum pengajian Ramadhan tahun 2010 yang diselenggarakan oleh PP Muhammadiyah terlontar kegundahan banyak peserta. Apa pasalnya? Setiap periode, Muhammadiyah memprogramkan penyusunan peta dakwah, tapi tidak pernah bisa direalisasikan. Masalahnya bukan tidak bisa nyusun? Apalagi tidak punya sumberdaya. Problem utama saya kira ketidak jelasan fungsi manajemen dalam struktur PP Muhammadiyah yaitu, siapa yang bertugas dalam penyusunan peta dakwah itu. Di abad ini, dimana perkembangan teknologi yang sangat maju maka, mengandalkan peta dakwah konvensional sudah saatnya ditinggalkan. Salah satu teknologi pemetaan yang sangat efisien ialah bagaimana pemamfaatan sistem informasi geografis (SIG/GIS) dalam menyusun peta dakwah Muhammadiyah. Apa itu GIS dan kenapa Muhammadiyah harus memakai teknologi ini? GIS ialah sistem infomasi berbasis komputer yang menggabungkan antara unsur peta (geografis) dan yang dirancang untuk mendapatkan, mengolah, memanipulasi, informasinya tentang p...

Perubahan Sosial dan Dinamika Gerakan Mahasiswa

Pengantar Dalam sejarah perjalanan bangsa pasca kemerdekaan Indonesia, mahasiswa merupakan salah satu kekuatan pelopor di setiap perubahan. Tumbangnya Orde Lama tahun 1966, Peristiwa Lima Belas Januari (MALARI) tahun 1974, dan terakhir pada runtuhnya Orde baru tahun 1998 adalah tonggak sejarah gerakan mahasiswa di Indonesia. Sepanjang itu pula mahasiswa telah berhasil mengambil peran yang signifikan dengan terus menggelorakan energi “perlawanan” dan bersikap kritis membela kebenaran dan keadilan. Keberadaan gerakan mahasiswa dalam konstelasi sosial politik di negeri ini tak bisa dipandang sebelah mata. Diakui atau tidak, keberadaan mereka menjadi salah satu kekuatan ekstraparlemen yang selalu dipertimbangkan oleh berbagai kelompok kepentingan (interest group) terutama pengambil kebijakan, yakni negara. Gerakan mahasiswa baik sebelum ataupun pasca tahun 1998 bagi saya tidak bisa dipisahkan dari ruang dan waktu dimana entitas mahasiswa itu hadir. Karena itu gerakan mahasiswa selalu ...

Strategi Pendampingan Kader IPM

Salah satu konsepsi penting yang dilahirkan dari Semiloka Kader tahun 2002 di Makassar ialah pendampingan. Konsep pendampingan dalam konstruksi semiloka kader Makassar merupakan satu bangunan dengan fasilitator. Dalam sistem perkaderan IPM disebut dengan pelatihan fasilitator dan pendampingan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia fasilitator diartikan sebagai orang yang menyediakan fasilitas. Dalam konteks pelatihan maka, fasilitator berfungsi melancarkan proses belajar, menyediakan informasi baru, dan memperkaya pengalaman peserta. Sementara pendampingan berarti menemani atau menyertai peserta dampingan dari dekat. Dalam konteks pemberdayaan pendampingan berarti pola dukungan. Bentuknya seperti dukungan personil, tenaga pendamping, relawan atau pihak lain yang memberikan penerangan, dukungan teknis, dan penyadaran. Sejak dirumuskan di Makassar tahun 2002 yang lalu, konsepsi pendampingan tidak pernah lagi dibicarakan. Padahal, konsepsi tersebut masih bersifat umum. Sehingga tidak bi...