Skip to main content

Anak Muda, Jangan Takut Bicara Politik

Malam itu dalam sebuah show di stasiun televisi swasta, seorang pimpinan partai politik bicara mengenai dimensi politik. Bagi dia politik itu amat sangat luas maknanya. Jika seorang ibu rumah tangga misalnya, bicara mengenai harga BBM, minyak goreng yang langka, gas yang juga hilang di pasaran. Itu berarti bahwa ibu-ibu sedang bicara mengenai politik.

Selama ini terbangun opini di masyarakat bahwa politik itu busuk, menjijikan, oportunis dan penuh dengan ambisi. Opini itu terbangun karena perilaku politik para elit partai memang korup, busuk dan menjijikan. Lihatlah kasus-kasus korupsi yang ditangani Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Rata-rata mereka yang dihukum adalah para politisi.

Dalam kondisi demikian, politik lalu memperoleh stigma buruk. Karena buruk, orang menjadi apatis dan masa bodoh dengan politik. Bahkan pada tingkatan tertentu terjadi protes yang dilakukan dengan tidak memilih alias golongan putih (Golput).

Pengertian Politik?
Padahal politik tidak sehina yang dituduhkan itu. Lantas apa pengertian politik dan bagaimana peran kaum muda (pelajar dan mahasiswa) dalam sebuah situasi politik yang menggelikan seperti diatas? Secara sederhana politik bisa di maknai sebagai proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara.

Jika pengertian diatas di tarik kepada kenyataan politik kita, memang agak kontras. Dunia politik di Indonesia masih berkutat pada bagaimana memperoleh kekuasaan dan bagi-bagi kekuasaan. Prosesnya belum sampai kepada bagaimana membuat keputusan politik yang berpihak kepada kepentingan umum. Padalah kepentingan masyarakat inilah yang menjadi inti dari demokratisasi dan partai politik menjadi instrumennya.

Situasi politik yang masih buruk tidak menjadi alasan bagi kaum muda untuk mengambil peran. Sekecil apa pun peran itu. Kaum muda tidak boleh apatis dan putus harapan. Ia harus senantiasa merenda asa akan masa depan republik yang lebih baik. Dan itu hanya bisa diwujudkan lewat berbagai aktivitas sosial, ekonomi dan politik.

Anak muda tidak boleh takut bicara politik. Sebab politik itu bisa baik manakala dikerjakan dengan ketulusan, semata-mata demi kepentingan orang banyak. Politik itu mencakup bagaimana menyusun mekanisme yang membuat masyarakat bisa mendapat akses dari penganggaran yang dilakukan bersama-sama antara pemerintah dan legislatif. Atau banyak makna lain dari politik yang bisa digarap oleh anak muda. Dan anak muda harus terlibat banyak dalam peran itu.

Apakah anak muda lantas harus menjadi anggota parlemen semua? Tidak. Menjadi anggota parlemen memang terbuka bagi semua warga negara. Tapi bukan berarti harus kesana semuanya. Sebab anggota parlemen amat terbatas jumlahnya.

Karena jumlahnya terbatas, maka kaum muda harus berbagi peran. Ada yang mengambil peran ekonomi sebagai enterpreneur, profesional. Ada yang mengambil peran sebagai ulama atau tokoh agama. Ada yang berkiprah di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai peneliti dan perekayasa. Atau bidang-bidang lainnya yang amat terbuka.

Kesadaran Politik
Agar akrab dan tidak apatis dengan politik, maka anak muda harus memiliki kedasaran politik. Kesadaran politik itu merupakan sikap kepekaan dan keterlibatan secara aktif dalam politik. Ini bisa diwujudkan lewat pengawasan dan monitoring pelaksanaan pemilu atau proses politik di lembaga legislatif (DPR/D).

Sebab secara politik, kaum muda yang dalam pemilu disebut dengan pemilih pemula jumlahnya sangat signifikan. Kalau pada pemilu 2004 jumlahnya 34 %, maka pada pemilu tahun ini mencapai 40 % dari total pilih yang ada. Potensi politik ini harus dikelola oleh anak muda sendiri. Jangan biarkan artai politik mengacak-acak mereka dengan politisasi dan lalu memilih dengan kesadaran semu. Seperti misalnya karena diberikan uang.

Kesadaran politik yang tinggi juga menjadi gambaran kualitas pemilu. Oleh karena itu, organisasi sosial dan kelompok kepentingan harus terlibat secara aktif dalam membangun kesadaran kritis pemilih pemula ini. Mereka harus digugah kesadarannya tentang pentingnya pemilu sebagai proses keterwakilan dan ekpresi politik pemilih. Karena itu jangan salah memilih, sebab akibatnya adalah korupsi, kerusakan dan moralitas. Sudah banyak cerita kesalahan, dan akibatnya selalu ditimpakan kepada rakyat kecil. Karena itu pilihlah yang terbaik.

Tulisan ini pernah dimuat di majalah "Kuntum" tahun 2009

Comments

Popular posts from this blog

Pemamfaatan GIS dalam Dakwah Muhammadiyah

Dalam sebuah forum pengajian Ramadhan tahun 2010 yang diselenggarakan oleh PP Muhammadiyah terlontar kegundahan banyak peserta. Apa pasalnya? Setiap periode, Muhammadiyah memprogramkan penyusunan peta dakwah, tapi tidak pernah bisa direalisasikan. Masalahnya bukan tidak bisa nyusun? Apalagi tidak punya sumberdaya. Problem utama saya kira ketidak jelasan fungsi manajemen dalam struktur PP Muhammadiyah yaitu, siapa yang bertugas dalam penyusunan peta dakwah itu. Di abad ini, dimana perkembangan teknologi yang sangat maju maka, mengandalkan peta dakwah konvensional sudah saatnya ditinggalkan. Salah satu teknologi pemetaan yang sangat efisien ialah bagaimana pemamfaatan sistem informasi geografis (SIG/GIS) dalam menyusun peta dakwah Muhammadiyah. Apa itu GIS dan kenapa Muhammadiyah harus memakai teknologi ini? GIS ialah sistem infomasi berbasis komputer yang menggabungkan antara unsur peta (geografis) dan yang dirancang untuk mendapatkan, mengolah, memanipulasi, informasinya tentang p...

Perubahan Sosial dan Dinamika Gerakan Mahasiswa

Pengantar Dalam sejarah perjalanan bangsa pasca kemerdekaan Indonesia, mahasiswa merupakan salah satu kekuatan pelopor di setiap perubahan. Tumbangnya Orde Lama tahun 1966, Peristiwa Lima Belas Januari (MALARI) tahun 1974, dan terakhir pada runtuhnya Orde baru tahun 1998 adalah tonggak sejarah gerakan mahasiswa di Indonesia. Sepanjang itu pula mahasiswa telah berhasil mengambil peran yang signifikan dengan terus menggelorakan energi “perlawanan” dan bersikap kritis membela kebenaran dan keadilan. Keberadaan gerakan mahasiswa dalam konstelasi sosial politik di negeri ini tak bisa dipandang sebelah mata. Diakui atau tidak, keberadaan mereka menjadi salah satu kekuatan ekstraparlemen yang selalu dipertimbangkan oleh berbagai kelompok kepentingan (interest group) terutama pengambil kebijakan, yakni negara. Gerakan mahasiswa baik sebelum ataupun pasca tahun 1998 bagi saya tidak bisa dipisahkan dari ruang dan waktu dimana entitas mahasiswa itu hadir. Karena itu gerakan mahasiswa selalu ...

Strategi Pendampingan Kader IPM

Salah satu konsepsi penting yang dilahirkan dari Semiloka Kader tahun 2002 di Makassar ialah pendampingan. Konsep pendampingan dalam konstruksi semiloka kader Makassar merupakan satu bangunan dengan fasilitator. Dalam sistem perkaderan IPM disebut dengan pelatihan fasilitator dan pendampingan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia fasilitator diartikan sebagai orang yang menyediakan fasilitas. Dalam konteks pelatihan maka, fasilitator berfungsi melancarkan proses belajar, menyediakan informasi baru, dan memperkaya pengalaman peserta. Sementara pendampingan berarti menemani atau menyertai peserta dampingan dari dekat. Dalam konteks pemberdayaan pendampingan berarti pola dukungan. Bentuknya seperti dukungan personil, tenaga pendamping, relawan atau pihak lain yang memberikan penerangan, dukungan teknis, dan penyadaran. Sejak dirumuskan di Makassar tahun 2002 yang lalu, konsepsi pendampingan tidak pernah lagi dibicarakan. Padahal, konsepsi tersebut masih bersifat umum. Sehingga tidak bi...