Catatan Pemikiran dan Refleksi

Monday, January 04, 2010

Posted by dg situru' | Monday, January 04, 2010 | No comments
Bip ... Bip ... sebuah pesan singkat mendarat di ponselku. "Pukul 20.00 kita berangkat ke Makassar, tunggu di depan Litbang" Begitu bunyi pesan dari mas Bah. Sebenarnya agak berat bagiku berangkat malam itu. Kondisi tubuh yang belum normal, masih sering demam dan menggigil. Tapi karena kemarinnya saya ditelepon langsung oleh Pak Said, perihal keberangkatan ini, maka kukuatkan saja.

Hari itu sudah jelas, bahwa saya tidak sedang DB, tetapi cacar. Bintil-bintil merah yang mulai tumbuh. Bak kecambah hampir diseluruh bagian tubuhku. Wajah yang halus pun tak ketinggalan ditumbuhi oleh penyakit cacar ini. Badanku seperti tanah subur yang kaya dengan bahan organik, bagi pertumbuhan si cacar nakal ini. Ah ... sebuah cobaan, batinku dalam hati.


Sekitar pukul 19.00 lewat, sebuah taxi berhenti di depan litbang, saya dipersilahkan naik. Dalam perjalanan saya ngobrol dengan mas Bahtiar perihal sakitku dan keberangkatan kami malam itu. Sudah ku duga dari awal, kami pasti akan berangkat lewat jalur Jakarta, soalnya Yogyakarta - Makassar hanya dilalui satu penerbangan, Merpati, itu pun pagi hari. Malam itu kami naik maskapai Mandala, dengan jenis pesawat Air Bus, lumayan lebar. Sementara kami agak panik, jangan-jangan kami tertinggal dengan pesawat Jakarta - Makassar yang dijadwal awal itu tertera pukul 22.45, setelah di konfirmasi ulang ternyata pukul 21.45. Wah, telat ini. Di Bandara Adisutjipto pun sempat molor pesawatnya beberapa menit.

Tapi alhamdulillah bisa tiba di Soekarno-Hatta dan pesawat ke Makassar belum berangkat. Saya dan mas Bah belari-lari kecil menuju pintu keluar. Disana sudah menunggu pak Syafii. Kami dijemput dengan mobil dan menuju terminal pemberangkatan. Tepat pukul 22.50 menit, kami dipersilakan naik pesawat. Alhamdulillah perjalanan cukup baik hingga sampai di Makassar. Ini penerbangan malam yang kedua yang pernah saya lewatkan. Setelah sebelumnya pernah dari Surabaya - Makassar.

Kami tiba di Makassar, kira-kira pukul 01.50 lewat, dari Hasanuddin, kami diantar taxi ke Banua Hotel, di jalan Haji Bau, dekat rumah pak JK. Disanalah kami nginap. Pagi-pagi saya sudah bangun, saya sungguh tidak menikmati tidurku malam itu, AC yang kencang, sampai-sampai saya harus pake jaket, sarung dan selimut karena kedinginan. Bangun, saya lihat jam di ponsel, menunjukkan pukul 05, bearti jam makassar masih pukul 04 dinihari. Saya menunggu sejenak untuk sholat subuh, bikin teh panas dan melanjutkan tidur lagi. Kira-kira pukul 08.00 saya mandi, Syukurlah, karena di hotel jadi ada air panas, ini mungkin baik buat sakit cacar yang saya alami.

Sekitar jam 09.00 seorang ibu, wartawan RII menjemput kami. Dia adalah temannya pak Husni Yunus, Sekretaris MPM PWM Sulsel. Kami diantar dengan mobilnya ke Bandara. Di bandara kami ngemil sambil menunggu shift duduk penerbangan Makassar - Soroako. Jaraknya kira - kira 45 menit kalau naik pesawat, seperti Jakarta - Jogjakarta. Pukul 11.00 lewat sudah ada pemberitahuan bahwa shift penuh, dan kami terpaksa naik mobil ke Soroako. Akhirnya manajemen PT. INCO mencarikan kami mobil tumpangan ke Soroako siang itu.

Sungguh perjalanan yang sangat melelahkan. Saya sendiri, walau pun orang Makassar belum pernah ke Soroako. Saya peling jauh, cuman sampai di Malili, ibu kota Kab. Luwu Timur. Perjalanan melewati Maros, Pangkep, Barru, Parepare, Wajo, Luwu, Kota Palopo, Luwu Utara dan (Malili) Luwu Timur dari Malili jaraknya masih 60 km ke arah Soroako.

Di Soroako kami dua hari, memfasilitasi pelatihan bagi petani di desa-desa sekitar kawasan PT. INCO. Sungguh suatu pengalaman yang menakjubbkan bersama dengan mereka. 23/12/08

0 komentar:

Post a Comment

Bookmark Us

Delicious Digg Facebook Favorites More Stumbleupon Twitter