Skip to main content

Soroako

Bip ... Bip ... sebuah pesan singkat mendarat di ponselku. "Pukul 20.00 kita berangkat ke Makassar, tunggu di depan Litbang" Begitu bunyi pesan dari mas Bah. Sebenarnya agak berat bagiku berangkat malam itu. Kondisi tubuh yang belum normal, masih sering demam dan menggigil. Tapi karena kemarinnya saya ditelepon langsung oleh Pak Said, perihal keberangkatan ini, maka kukuatkan saja.

Hari itu sudah jelas, bahwa saya tidak sedang DB, tetapi cacar. Bintil-bintil merah yang mulai tumbuh. Bak kecambah hampir diseluruh bagian tubuhku. Wajah yang halus pun tak ketinggalan ditumbuhi oleh penyakit cacar ini. Badanku seperti tanah subur yang kaya dengan bahan organik, bagi pertumbuhan si cacar nakal ini. Ah ... sebuah cobaan, batinku dalam hati.


Sekitar pukul 19.00 lewat, sebuah taxi berhenti di depan litbang, saya dipersilahkan naik. Dalam perjalanan saya ngobrol dengan mas Bahtiar perihal sakitku dan keberangkatan kami malam itu. Sudah ku duga dari awal, kami pasti akan berangkat lewat jalur Jakarta, soalnya Yogyakarta - Makassar hanya dilalui satu penerbangan, Merpati, itu pun pagi hari. Malam itu kami naik maskapai Mandala, dengan jenis pesawat Air Bus, lumayan lebar. Sementara kami agak panik, jangan-jangan kami tertinggal dengan pesawat Jakarta - Makassar yang dijadwal awal itu tertera pukul 22.45, setelah di konfirmasi ulang ternyata pukul 21.45. Wah, telat ini. Di Bandara Adisutjipto pun sempat molor pesawatnya beberapa menit.

Tapi alhamdulillah bisa tiba di Soekarno-Hatta dan pesawat ke Makassar belum berangkat. Saya dan mas Bah belari-lari kecil menuju pintu keluar. Disana sudah menunggu pak Syafii. Kami dijemput dengan mobil dan menuju terminal pemberangkatan. Tepat pukul 22.50 menit, kami dipersilakan naik pesawat. Alhamdulillah perjalanan cukup baik hingga sampai di Makassar. Ini penerbangan malam yang kedua yang pernah saya lewatkan. Setelah sebelumnya pernah dari Surabaya - Makassar.

Kami tiba di Makassar, kira-kira pukul 01.50 lewat, dari Hasanuddin, kami diantar taxi ke Banua Hotel, di jalan Haji Bau, dekat rumah pak JK. Disanalah kami nginap. Pagi-pagi saya sudah bangun, saya sungguh tidak menikmati tidurku malam itu, AC yang kencang, sampai-sampai saya harus pake jaket, sarung dan selimut karena kedinginan. Bangun, saya lihat jam di ponsel, menunjukkan pukul 05, bearti jam makassar masih pukul 04 dinihari. Saya menunggu sejenak untuk sholat subuh, bikin teh panas dan melanjutkan tidur lagi. Kira-kira pukul 08.00 saya mandi, Syukurlah, karena di hotel jadi ada air panas, ini mungkin baik buat sakit cacar yang saya alami.

Sekitar jam 09.00 seorang ibu, wartawan RII menjemput kami. Dia adalah temannya pak Husni Yunus, Sekretaris MPM PWM Sulsel. Kami diantar dengan mobilnya ke Bandara. Di bandara kami ngemil sambil menunggu shift duduk penerbangan Makassar - Soroako. Jaraknya kira - kira 45 menit kalau naik pesawat, seperti Jakarta - Jogjakarta. Pukul 11.00 lewat sudah ada pemberitahuan bahwa shift penuh, dan kami terpaksa naik mobil ke Soroako. Akhirnya manajemen PT. INCO mencarikan kami mobil tumpangan ke Soroako siang itu.

Sungguh perjalanan yang sangat melelahkan. Saya sendiri, walau pun orang Makassar belum pernah ke Soroako. Saya peling jauh, cuman sampai di Malili, ibu kota Kab. Luwu Timur. Perjalanan melewati Maros, Pangkep, Barru, Parepare, Wajo, Luwu, Kota Palopo, Luwu Utara dan (Malili) Luwu Timur dari Malili jaraknya masih 60 km ke arah Soroako.

Di Soroako kami dua hari, memfasilitasi pelatihan bagi petani di desa-desa sekitar kawasan PT. INCO. Sungguh suatu pengalaman yang menakjubbkan bersama dengan mereka. 23/12/08

Comments

Popular posts from this blog

Pemamfaatan GIS dalam Dakwah Muhammadiyah

Dalam sebuah forum pengajian Ramadhan tahun 2010 yang diselenggarakan oleh PP Muhammadiyah terlontar kegundahan banyak peserta. Apa pasalnya? Setiap periode, Muhammadiyah memprogramkan penyusunan peta dakwah, tapi tidak pernah bisa direalisasikan. Masalahnya bukan tidak bisa nyusun? Apalagi tidak punya sumberdaya. Problem utama saya kira ketidak jelasan fungsi manajemen dalam struktur PP Muhammadiyah yaitu, siapa yang bertugas dalam penyusunan peta dakwah itu. Di abad ini, dimana perkembangan teknologi yang sangat maju maka, mengandalkan peta dakwah konvensional sudah saatnya ditinggalkan. Salah satu teknologi pemetaan yang sangat efisien ialah bagaimana pemamfaatan sistem informasi geografis (SIG/GIS) dalam menyusun peta dakwah Muhammadiyah. Apa itu GIS dan kenapa Muhammadiyah harus memakai teknologi ini? GIS ialah sistem infomasi berbasis komputer yang menggabungkan antara unsur peta (geografis) dan yang dirancang untuk mendapatkan, mengolah, memanipulasi, informasinya tentang p...

Perubahan Sosial dan Dinamika Gerakan Mahasiswa

Pengantar Dalam sejarah perjalanan bangsa pasca kemerdekaan Indonesia, mahasiswa merupakan salah satu kekuatan pelopor di setiap perubahan. Tumbangnya Orde Lama tahun 1966, Peristiwa Lima Belas Januari (MALARI) tahun 1974, dan terakhir pada runtuhnya Orde baru tahun 1998 adalah tonggak sejarah gerakan mahasiswa di Indonesia. Sepanjang itu pula mahasiswa telah berhasil mengambil peran yang signifikan dengan terus menggelorakan energi “perlawanan” dan bersikap kritis membela kebenaran dan keadilan. Keberadaan gerakan mahasiswa dalam konstelasi sosial politik di negeri ini tak bisa dipandang sebelah mata. Diakui atau tidak, keberadaan mereka menjadi salah satu kekuatan ekstraparlemen yang selalu dipertimbangkan oleh berbagai kelompok kepentingan (interest group) terutama pengambil kebijakan, yakni negara. Gerakan mahasiswa baik sebelum ataupun pasca tahun 1998 bagi saya tidak bisa dipisahkan dari ruang dan waktu dimana entitas mahasiswa itu hadir. Karena itu gerakan mahasiswa selalu ...

Strategi Pendampingan Kader IPM

Salah satu konsepsi penting yang dilahirkan dari Semiloka Kader tahun 2002 di Makassar ialah pendampingan. Konsep pendampingan dalam konstruksi semiloka kader Makassar merupakan satu bangunan dengan fasilitator. Dalam sistem perkaderan IPM disebut dengan pelatihan fasilitator dan pendampingan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia fasilitator diartikan sebagai orang yang menyediakan fasilitas. Dalam konteks pelatihan maka, fasilitator berfungsi melancarkan proses belajar, menyediakan informasi baru, dan memperkaya pengalaman peserta. Sementara pendampingan berarti menemani atau menyertai peserta dampingan dari dekat. Dalam konteks pemberdayaan pendampingan berarti pola dukungan. Bentuknya seperti dukungan personil, tenaga pendamping, relawan atau pihak lain yang memberikan penerangan, dukungan teknis, dan penyadaran. Sejak dirumuskan di Makassar tahun 2002 yang lalu, konsepsi pendampingan tidak pernah lagi dibicarakan. Padahal, konsepsi tersebut masih bersifat umum. Sehingga tidak bi...