Catatan Pemikiran dan Refleksi

Wednesday, March 17, 2010

Posted by dg situru' | Wednesday, March 17, 2010 | No comments

Suara adzan magrib mengiang-ngiang dikuping terpancar dari ujung menara masjid. Sore itu, tim majelis pemberdayaan masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah yang akan melakukan kunjungan ke Kokap, Kulonprogo, Yogyakarta mulai berkumpul. Setelah sholat magrib, tim yang terdiri atas lima orang itu, semuanya anak-anak Muhammadiyah yang tercecer saya kumpul, dan kami berangkat menuju lokasi dampingan.


Menjelang pukul 19.00 Wib, mobil memasuki kawasan hutan lindung yang menjadi penyangga waduk Sermo. Suasana jadi gelap gulita. Tak ada berkas sinar secuil pun, kecuali cahaya lampu kijang merah yang kami tumpangi. Jalanan menanjak dan terkadang curam membuat suasana sedikit hening. Sesekali candaan ringan keluar dari mulutku. Sekedar menghangatkan perjalanan.

Sampai di Kokap waktu menunjukkan pukul 20.00 Wib kurang. Karena tempat pertemuan berada di daerah berbukit, salah satu rumah anggota kelompok “Pusaka Mulia” tim kami jalan kaki menuju rumah itu. Tanah yang baru tersiram hujan sedikit becek. Disamping becek, tak ada lampu jalan sebagaimana di kota metro politan. Kami hanya menggunakan senter berkapasitas dua baterai untuk menerangi perjalanan. Cukup menyulitkan bagi kami untuk menanjak ke rumah itu.

Kedatangan kami malam itu merupakan kunjungan kedua, setelah kontak pertama dan pertemuan awal dengan warga di awal tahun 2009 ini. Pada pertemuan awal, tim MPM lebih menekankan berkenalan dan bersilaturrahim dengan warga setempat yang dalam bahasa jawa disebut kulo nuwun. Harapannya, melalui keakraban dan salim mengenal proses-proses pendampingan dan fasilitasi pertemuan warga pada sesi-sesi selanjutnya bisa berjalan maksimal.

Profil dan Dinamika Ekonomi Komunitas Penderes Nira
Secara administrasi pemerintahan, kelompok tani “Pusaka Mulia” berada di dusun Tegiri, Desa Hargowilis, Kecamatan Kokap, Kulonprogo. Desa ini terletak dikawasan hutan lindung dan pinggiran waduk sermo. Wilayah Hargowilis merupakan daerah berbukit sekitar 400 – 500 meter dpl dan kodisi tanah yang tidak pas untuk budidaya tanaman pangan utama seperti padi. Perjalanan ke desa tersebut ditempuh kurang lebih 2 jam dari kota Yogyakarta menggunakan kendaraan berupa mobil atau motor.

Kelompok ini telah berdiri sejak tahun 2008 dan mulai eksis melaksanakan kegiatannya pada medio juli 2008. Anggota kelompok tani pusaka mulia sebanyak 24 orang dengan pekerjaan utama sebagai penyadap nira. Disamping menyadap nira, beberapa kegiatan pertanian juga dilakukan seperti; tanaman semusim dan tanaman tahunan. Pada tahun 2008, pemerintah provinsi DI Yogyakarta memberikan bantuan bergulir dalam bentuk hewan ternak, yaitu kambing peranakan Etawa yang diusahakan secara berkelompok. Anggota kelompok pusaka mulia berkumpul secara rutin pada malam tanggal satu setiap bulannya. Dalam pertemuan tersebut, dibicarakan berbagai permasalahan dan kepentingan anggota-anggota kelompok. Secara kelembagaan struktur kelompok pusaka mulia dapat dilihat sebagai berikut:
Ketua : Imam Sufihri
Sukidal
Sekretaris : Mahmud Jazuli
Sutejo
Bendahara : Suranto
Sujasmanto
Anggota : Rejo Iranu Repon
Sumpeno Adi Wiyono
Ngadimin Rejo Wiyono
Sugiyanto Samino
Haryono Widi Wiyono
Karso Iranu Tukiman
Sumadi Ngatiman
Isnanto Bambang S
Kamidi Winarno

Dari beberapa pertemuan warga dapat diketahui bahwa persoalan utama masyarakat di dusun Tegiri ialah bagaimana meningkatkan ekonomi rumah tangga. Aktivitas ekonomi rumah tangga yang selama ini banyak bergantung pada pekerjaan menyadap nira dirasakan mulai jenuh. Harga gula jawa ditingkat rumah tangga banyak dimainkan oleh tengkulak/ijon dan pedagang pengumpul. Produktivitas pohon kelapa yang mulai menurun disamping ketinggian. Pada musim penghujan, kira-kira antara desember sampai maret sepanjang tahun, maka produksi gula merah/jawa meningkat sementara harganya terjun bebas. Kalau pada musim-musim paceklik, harga gula berkisar antara Rp 4500 – Rp 5500, maka pada musim penghujan, harganya kisaran Rp 1500 sampai Rp 3000. Pada musim hujan, penderes disamping harga murah, mereka juga memiliki kesulitan karena pohon kelapa menjadi licin untuk dipanjat.

Modus pengijon dilokasi dampingan diketahui dari perbincangan non formal dengan beberapa warga. Pengijon memberikan piutang kepada produsen (petani) gula jawa/merah sejumlah yang dibutuhkan. Utang tersebut akan dikembalikan oleh produsen dalam bentuk gula jawa/merah yang jumlahnya kurang lebih 2 Kg/ hari dalam periode tertentu. Bisa bulanan atau periode satu tahun.

Pekerjaan menyadap nira atau dalam bahasa setempat disebut nderes dilakukan mulai pukul 05.00 sampai pukul 10.00 lalu dilanjutkan kembali pada sore hari sekitar pukul 15.00 sampai maghrib, kira-kira pukul 19.00. Tetapi waktu-waktu tersebut sangat fleksibel ada yang mulai pukul 06.00 atau bahkan pukul 07.00. Sela waktu antara nderes inilah yang digunakan untuk beternak dan berkebun bagi bapak-bapak. Sedangkan pengolahan gula di kerjakan penuh oleh ibu-ibu.

Merumuskan Kebutuhan dan Agenda Aksi Bersama
Dalam salah satu pertemuan kelompok yang difasilitasi oleh MPM, mereka merumuskan harapannya yaitu; pertama, bagaimana meningkatan pendapatan keluarga? Kedua, bagaimana memperluas sumber-sumber pendapatan baru bagi keluarga? MPM dalam banyak hal mengambil peran sebagai fasilitator, mendorong dan mediasi dengan stakeholders masyarakat Tegiri dengan berbagai dinamikanya.

Dalam mendorong komunitas ini membangun ekonomi keluarganya, MPM melatih fasilitator lokal yaitu salah satu pentolan kelompok pusaka mulia. Pelatihan yang dimaksudkan adalah menyangkut aspek teknis pengolahan hasil pertanian dan pasar bagi industri berbasis rumah tangga, seperti gula merah. Harapannya fasilitator yang sudah dilatih bisa bergerak untuk mendinamisir kelompoknya sehingga bisa berkembang dan pada akhirnya pendapatan ekonomi keluarga meningkat.

Guna memperluas sumber pendapatan baru, MPM bersama fasilitator lokal sedang memfasilitasi pengembangan ekonomi perempuan melalui diversifikasi gula jawa menjadi gula semut dalam bentuk produk kemasan yang bisa dijual di pasaran dengan harga yang lebih kompetitif.

Sedangkan bagi bapak-bapak anggota pusaka mulia, mereka didorong untuk melakukan budidaya tanaman cacao. MPM memfasilitasi secara teknis baik aspek budidaya dan pengendalian hama dan penyakit berbasis sumberdaya lokal. MPM telah memfasilitasi pembuatan pupuk “kocor” organik untuk menggantikan pupuk sintesis yang selama ini digunakan petani.

Ternak kambing peranakan Etawa melalui fasilitasi MPM didorong agar mengikuti aspek-aspek teknis perkandangan dan budidaya sehingga ternak yang diusahakan tidak mudah terserang penyakit. Dengan tingkat kesehatan yang memadai, kambing PE bisa memberikan tambahan finansial bagi keluarga karena susu, daging dan kambing pejantan harganya cukup mahal. Sedangkan kotoran kambing dipergunakan untuk bahan pupuk kocor. (Bagian Pertama)

Masmulyadi
Mahasiswa Fakultas Pertanian UGM, Koord Tim Integrated Farming dan Aktivis MPM PP Muhammadiyah

0 komentar:

Post a Comment

Bookmark Us

Delicious Digg Facebook Favorites More Stumbleupon Twitter